Just Me..

My photo
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Universitas Gunadarma Fakultas Ekonomi

Wednesday, May 5, 2010

Budaya Palembang

Seni dan Budaya

Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.

Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:

  • Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)[6]
  • Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu, dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
  • Lagu Daerah seperti Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut, dan Ribang Kemambang
  • Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit

Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan, dan Tahun Baru Masehi.

Makanan Khas

Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah terkenal seantero nusantara
Pindang ikan patin khas Palembang, rasanya pedas, asam, dan gurih

Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang.

  • Pempek
  • Tekwan
  • Model
  • Laksan
  • Celimpungan
  • Mie Celor
  • Burgo
  • Pindang Patin
  • Pindang Tulang
  • Malbi
  • Tempoyak
  • Otak - otak
  • Kemplang
  • Kerupuk
  • Kue Maksubah
  • Kue Delapan Jam
  • Kue Srikayo
http://id.wikipedia.org

Bermula dari Syair Raja Ali Haji - Dul Muluk

Dari manakah dulmuluk berasal? Ada beberapa versi tentang sejarah teater tradisional yang berkembang di Sumatera Selatan itu. Satu versi yang sering disebut- sebut, teater ini bermula dari syair Raja Ali Haji, sastrawan yang pernah bermukim di Riau.
Penyair dan anggota Asosiasi Tradisi Lisan Sumatera Selatan, Anwar Putra Bayu, di Palembang, Selasa (28/2), mengungkapkan, salah satu syair Raja Ali Haji diterbitkan dalam buku Kejayaan Kerajaan Melayu. Karya yang mengisahkan Raja Abdul Muluk itu terkenal dan menyebar di berbagai daerah Melayu, termasuk Palembang.

dulmuluk-4

Seorang pedagang keturunan Arab, Wan Bakar, membacakan syair tentang Abdul Muluk di sekitar rumahnya di Tangga Takat, 16 Ulu. Acara itu menarik minat masyarakat sehingga datang berkerumun. Agar lebih menarik, pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan oleh beberapa orang, ditambah iringan musik.
Pertunjukan itu mulai dikenal sebagai dulmuluk pada awal abad ke-20. Pada masa penjajahan Jepang sejak tahun 1942, seni rakyat itu berkembang menjadi teater tradisi yang dipentaskan dengan panggung. Saat itu dulmuluk sempat menjadi alat propaganda Jepang.
Grup teater kemudian bermunculan dan dulmuluk tumbuh dan digemari masyarakat. ”Dulmuluk menarik karena menampilkan teater yang lengkap. Ada lakon, syair, lagu-lagu Melayu, dan lawakan. Lawakan, yang biasa disebut khadam, sering mengangkat dan menertawakan ironi kehidupan sehari- hari masyarakat saat itu,” kata Anwar Putra Bayu.

dulmuluk-2

Ketua Umum Himpunan Teater Tradisional Sumsel Muhsin Fajri menilai, pementasan dulmuluk selalu ditunggu masyarakat karena akting di panggung dibawakan secara spontan dan menghibur, bahkan penonton juga bisa merespons percakapan di atas panggung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu dan bahasa Palembang.
Perjalanan dulmuluk mulai surut sejak tahun 1990-an, ketika alternatif hiburan semakin banyak, terutama melalui televisi dan film layar lebar. Teater tradisi itu semakin merosot setelah orang yang menggelar hajatan lebih memilih pertunjukan organ tunggal. Akhirnya, dulmuluk seperti kehabisan energi, kehilangan pamor, dan tidak mampu bangkit lagi.
”Dulmuluk terlambat beradaptasi dengan zaman yang berubah begitu cepat. Hanya bermodalkan cerita yang monoton dan manajemen ala kadarnya, dulmuluk sulit bersaing dengan hiburan modern,” katanya.

dulmuluk-3

Sebenarnya, beberapa kelompok seniman berusaha melestarikan dan membina generasi muda menekuninya. Beberapa acara digelar: festival, pelatihan, siaran di televisi, dan pementasan dulmuluk secara terbuka. Namun, sedikit generasi muda yang tertarik, sedangkan generasi tua terus berkurang.
”Kalau mau bertahan, dulmuluk hendaknya memperbarui diri dengan menciptakan kreasi cerita, pendekatan, dan tema yang lebih sesuai dengan kehidupan sekarang. Pakem lama tidak sakral sehingga bisa diadaptasikan dengan perubahan zaman,” kata Zulkhair Ali, dokter spesialis penyakit dalam di RS Muhammad Hoesin, Palembang. Dokter yang dikenal sebagai ZA Nara Singa ini aktif menghidupkan spirit dulmuluk dalam teater modern pada berbagai pementasan. (ilham khoiri) Kompas
Saidi Kamaluddin Aktor Dul Muluk

Pria bertubuh tegap ini dilahirkan di Kampung Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, 68 tahun lalu. Dia merupakan adik kandung seorang aktor Dulmuluk yang sekaligus penggubah cerita Zubaidah Siti, yakni Arjo Kamaluddin. Ujuk Saidi, panggilan akrab Saidi ini, pernah mengecap sekolah rakyat namun tak selesai karena Ujuk Saidi lebih mementingkan bermain Dulmuluk ketimbang sekolah. Bapaknya, Kamaluddin, merupakan perintis Dulmuluk di Sumatera Selatan.

Kamaluddin merupakan murid Wan Bakar. Wan Bakar adalah seorang saudagar keturunan Arab yang mepopulerkan Syair Abdoel Moeloek karya Raja Ali Haji. Dari masa Wan Bakar inilah cikal bakal adanya Teater Tradisional Dulmuluk. Pada awalnya, adalah pembacaan syair yang disebut juga teater mula atau teater tutur.

Pada masa sebelum zaman kesultanan Palembang pembacaan syair sangat disukai masyarakat. Di Palembang dikenal dengan pembacaan syair Abdul Muluk. Ternyata pembacaan syair tersebut sangat digemari oleh masyarakat, karena itu pada tahun 1854 dibentuklah perkumpulan pembacaan syair oleh Wan Bakar di kampung Tangga Takat (16 ulu). Sebagai teater tutur, penyampaiannya dibawakan oleh seorang pembaca di hadapan pendengar atau penontonnya di Rumah Wan Bakar yang berbentuk rumah limas Palembang. Rumah limas ini terdiri drai lantai yang bertingkat yang disebut bengkilas. Antara bengkilas yang satu dengan yang lain dibatasi oleh sekeping papan tebal yang dinamai kekejeng. Pembaca syair duduk pada bengkilas yang lebih tinggi dari pendengar atau penonton.

Sebagai calon aktor Dulmuluk saat Ujuk berusia 7 tahun, maka Ujuk Saidi belajar dari abangnya. Di usia delapan tahun Saidi Kamaluddin bermain Dulmuluk untuk pertama kalinya. Tak tanggung-tanggung dia memerankan tokoh perempuan. Di masa itu memang kaum perempuan agak tabu bermain Dulmuluk, itu sebabnya setiap tokoh perempuan, seperti tokoh Siti Rofiah dimainkan oleh pria. “Saat aku maen pertamokali, aku hanya dibayar selawe rupiah,” kenang Saidi yang pernah mendapat anugerah seni dari Gubernur Sumsel tahun 2001. Di usianya yang sudah tua ini, Ujuk Saidi bahkan masih terus bermain Dulmuluk ke pelosok-pelosok desa. Kesetiaan Saidi terhadap dunia kesenian tradisional itu menjadikan Asosiasi Tradisi Lisan, sebuah lembaga yang konsern terhadap seni tradisi mengajukan Saidi bersama Sailin untuk menerima penghargaan Maestro dari pemerintah pusat. Bakat besarnya di bidang keaktoran kini diikuti oleh anaknya, yakni Yudhi yang beberapa waktu lalu ikut tampil bersama ayahnya di Gedung Kesenian Jakarta. /apb/


http://palembangbari.blogdetik.com

Mungkinkah Pariwisata Budaya Indonesia Maju?

Mengapa orang dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan sebagainya datang berduyun-duyun ke pantai Kuta dan pantai Sanur di Bali? Bukankah di negara mereka sendiri terdapat banyak pantai yang mungkin saja pemandangan alamnya lebih indah daripada pemandangan pantai Kuta dan Sanur di Bali tersebut? Bila kita kaji lebih dalam, ternyata yang menjadi tujuan mereka, para turis asing tersebut adalah ingin melihat Kebudayaan Bali yang terkenal eksotik dan unik, yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat mereka. Bila Bali tidak menawarkan kebudayaan masyarakatnya tersebut, mungkin tidak akan ada daya tarik para wisatawan untuk mengunjunginya.

Hal itulah sebenarnya merupakan gambaran konkret dari konsep pariwisata budaya yang istilahnya sering disebut-sebut oleh para pengambil kebijakan (pemerintah) dan para akademisi, namun seringkali sulit untuk dijelaskan dalam definisi konseptual yang operasional, terutama dalam menyepakati konsep kebudayaan itu sendiri.

Dalam khazanah antropologi Indonesia, kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia yang diperoleh dengan cara belajar. Dalam pengertian tersebut, kebudayaan mencakup segala hal yang merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk di dalamnya benda-benda hasil kreativitas/ciptaan manusia. Namun dalam perspektif antropologi yang lebih kontemporer, kebudayaan didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat bersangkutan.

Dengan demikian, pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret suatu bangsa/suku bangsa dengan masyarakatnya, yang merefleksikan keanekaragaman (diversity) dan identitas (character) dari masyarakat atau bangsa bersangkutan. Garrison Keillor, pada tahun 1995 dalam pidatonya pada White House Conference on Travel & Tourism di Amerika Serikat, telah mendefinisikan pariwisata budaya di Amerika secara baik dengan mengatakan, "We need to think about cultural tourism because really there is no other kind of tourism. It's what tourism is...People don't come to America for our airports, people don't come to America for our hotels, or the recreation facilities....They come for our culture: high culture, low culture, middle culture, right, left, real or imagined -- they come here to see America."

Indonesia adalah negara yang kaya raya dengan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang melimpah. Bangsa kita merupakan bangsa yang serba multi, baik itu multi-insuler, multibudaya, multibahasa, maupun multiagama. Kesemuanya itu bila dikelola dengan baik dapat dijadikan sebagai potensi untuk memakmurkan rakyat dan memajukan bangsa kita.

Sayangnya, dalam wacana pariwisata budaya di tingkat nasional, yang seringkali dijadikan rujukan dan contoh adalah pariwisata di Bali. Seolah-olah hanya daerah Bali yang hanya bisa dimajukan pariwisata budayanya untuk menarik kunjungan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tidak salah memang bila kita membanggakan keberhasilan Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia yang telah menghasilkan sumbangan devisa terhadap negara dalam jumlah besar. Namun bila kita terjebak hanya mengandalkan satu daerah Bali saja, maka kemajuan pariwisata Indonesia akan mengalami ketergantungan yang sangat tinggi terhadap daerah tersebut. Hal ini terbukti, ketika di Bali terjadi tragedi bom yang diledakkan oleh kaum teroris, maka penerimaan devisa negara kita di bidang pariwisata menjadi anjlok.

Kemajuan pariwisata budaya di Bali sangat ironis dengan kondisi pariwisata budaya di daerah-daerah Indonesia lainnya. Di Subang, Jawa Barat misalnya, sepuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari jaipong, sisingaan, dan menjadi dalang wayang golek. Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini. Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.

Pariwisata Budaya
Ada banyak cara sebenarnya untuk memajukan pariwisata negara kita. Memang untuk memajukan pariwisata budaya bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga masyarakat kita. Namun tentunya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta Dinas Pariwisata di seluruh daerah di Indonesia, sebagai instansi pemerintah yang bertugas memajukan kebudayaan dan pariwisata Indonesia, memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Pertama, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan fungsinya yang hanya sebagai perumus kebijakan, harus berani dan tegas menentukan konsep, visi, dan misi pariwisata budaya Indonesia. Keberanian untuk menyepakati konsep pariwisata dan budaya juga harus dilakukan karena dalam dunia akademik tidak akan pernah disepakati kedua konsep tersebut yang disebabkan oleh selalu adanya dialektika antara temuan dan pemikiran cendekiawan satu dengan yang lainnya.

Kedua, sesuai dengan semangat otonomi daerah yang menyerahkan tugas pengembangan kebudayaan dan pariwisata kepada Dinas Pariwisata di masing-masing daerah, maka Dinas Pariwisata harus benar-benar menangkap pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagai peluang untuk memajukan masyarakat di daerahnya. Sebagai contoh, dengan kekayaan budaya yang kita miliki, maka di setiap kabupaten atau kota Dinas Pariwisata minimal dapat mendirikan satu pusat atau sentra pariwisata budaya yang menampilkan keanekaragaman budaya di wilayahnya masing-masing. Bentuk konkretnya adalah didirikannya semacam Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di masing-masing daerah bersangkutan.

Ketiga, para pengamat pariwisata dan budaya sudah saatnya untuk lebih mengutamakan kajian dan penelitian yang merekomendasikan bagaimana memajukan kebudayaan dan pariwisata Indonesia dibandingkan dengan kajian dan penelitian yang selalu memberikan kritik yang belum tentu konstruktif terhadap kebijakan pembangunan pariwisata dan budaya, yang seringkali justru menyebabkan ketakutan pada instansi pemerintah untuk mengambil kebijakan.

Keempat, peran serta masyarakat dalam pembangunan sentra-sentra budaya di masing-masing daerah harus diutamakan. Misalnya, kelompok-kelompok kebudayaan dan kesenian yang akan dipentaskan harus bergiliran dan tidak dimonopoli oleh kelompok kesenian tertentu saja. Di samping itu, anggota masyarakat sekitar juga harus diutamakan untuk direkrut mengelola sentra budaya bersangkutan dengan diberikan pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu.

Bila pembangunan pariwisata budaya ini dapat segera dilakukan dengan terarah dan berkesinambungan di seluruh daerah di Indonesia, maka kelestarian budaya, inovasi dan kreativitas budaya, kerukunan antarbudaya, lapangan pekerjaan, pemasukan terhadap pendapatan daerah dan devisa negara adalah sumbangan penting yang dapat diberikan oleh bidang pariwisata budaya untuk peradaban Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.***

Penulis adalah Pengamat Budaya dan Pariwisata, bekerja di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Republik Indonesia

Sumber: Sinar Harapan

ACFTA Terbukti Berdampak Negatif

Bandung, Kompas - Survei yang dilakukan Bank Indonesia Bandung terhadap perusahaan tekstil dan produk tekstil menunjukkan bahwa secara keseluruhan penerapan perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan.

Survei dilakukan terhadap 75 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) menengah-besar di Jawa Barat dan Banten selama Februari-Maret 2010. Jumlah responden yang berpendapat bahwa ACFTA yang diberlakukan sejak awal 2010 berdampak negatif mencapai 88,5 persen atau 66 perusahaan.

Menurut Peneliti Ekonomi Madya/Hubungan Masyarakat BI Bandung Naek Tigor, Selasa (4/5) di Bandung, dampak negatif utama ACFTA adalah perkiraan penurunan penjualan di pasar dalam negeri. Akan tetapi, survei tersebut tak menyertakan pertanyaan mengenai angka penurunan penjualan itu.

Dalam menghadapi ACFTA, para pengusaha TPT mengharapkan dukungan pemerintah, yakni ketersediaan infrastruktur yang memadai, terutama jalan darat dan listrik. Mereka juga meminta jaminan kepastian hukum serta proses perizinan yang transparan dan sederhana.

"Harapan lain yakni pembebasan pungutan dan bea masuk impor bahan baku bagi eksportir. Pengusaha juga meminta kemudahan serta keringanan biaya ekspor," ujarnya.

Dukungan itu sangat diperlukan karena rata-rata pengusaha masih menganggap jalan rusak, pemadaman listrik, pajak, atau pungutan sebagai penghambat usaha serta rumitnya proses perizinan sebagai kendala. Meski muncul dampak negatif, mayoritas responden menyatakan siap menghadapi ACFTA.

Kenaikan harga bahan baku

President Director PT Firman Jaya Dua Saudara Eddy Soekwanto mengatakan, penurunan penjualan TPT disebabkan harga bahan baku yang naik signifikan. Harga benang katun, misalnya, naik dari 480 dollar AS per bal pada Januari 2010 menjadi 650 dollar AS saat ini.

Setiap bal memiliki berat 181,4 kilogram. Peningkatan harga itu membuat harga produk naik sekitar 10 persen. Harga kaus Rp 100.000, misalnya, naik menjadi Rp 110.000. Padahal, produk yang dibuat pada 2009 dengan harga lama masih melimpah.

"Konsumen diberi harga baru tentu tidak mau beli. Maka, perusahaan mengurangi produksi sekitar 20 persen," kata Eddy. Dicontohkan, perusahaan besar yang mampu menghasilkan 80 ton TPT kini hanya memproduksi sekitar 65 ton. "Sekarang pengusaha mau menunggu dua hingga tiga bulan lagi dan berharap kenaikan harga bahan baku yang membuat industri TPT lesu bisa kembali stabil," ungkapnya.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Daerah Jabar Dedy Wijaya, penjualan beberapa sektor usaha memang menurun sejak ACFTA berlaku. Akan tetapi, banyak sektor lain di Jabar yang justru lebih berkembang, seperti otomotif, alas kaki, dan pertambangan.

"Ada beberapa sektor yang bergejolak, tapi tidak semuanya. Buktinya, pertumbuhan ekonomi naik. Memang ada perusahaan tekstil tutup, tapi hanya beberapa," katanya.

Kondisi itu, antara lain, disebabkan mesin tekstil yang sudah usang dengan usia hingga 30 tahun. Mesin tua itu perlu diganti. Pada umumnya, ujar Dedy, penurunan penjualan pada sektor-sektor usaha belum begitu terasa sejak ACFTA diterapkan.

Ia menambahkan, faktor yang harus diwaspadai adalah kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 10 persen mulai Juni 2010. "Kenaikan TDL akan menjadi hambatan dunia usaha. Apalagi, harga minyak dunia juga sudah tinggi," katanya. (bay)


kompas.com

Telepon Genggam Vs Kesehatan

Penggunaan telepon genggam di dunia terus meluas. Menurut International Telecommunication Union, pemakai telepon genggam tahun ini diperkirakan mencapai lima miliar. Manusia semakin sulit lepas dari genggaman telepon genggam di kesehariannya.

Kenyataan ini memicu kekhawatiran akan dampak jangka panjang radiasi akibat penggunaan telepon genggam terhadap kesehatan. Dugaan dampak radiasi telepon genggam terhadap kesehatan ini dimunculkan banyak peneliti dari sejumlah negara. Penelitian yang luas dilakukan menyebutkan, penyakit yang diduga berkaitan dengan penggunaan telepon genggam antara lain kanker, terutama kanker otak, serta penyakit yang berhubungan dengan saraf, tumor mata, hingga alzheimer.

Namun, penelitian seputar dampak penggunaan telepon genggam terhadap kesehatan, terutama peningkatan angka kejadian kanker, masih pro-kontra. Kesimpulan akan dampak radiasi gelombang mikro dari telepon genggam itu dinilai sumir karena teknologi telepon genggam ke depan masih terus berkembang.

Studi lainnya adalah kaitan antara penggunaan telepon genggam dan peningkatan kasus kecelakaan bermotor. Penggunaan telepon genggam saat menyetir dapat mengganggu konsentrasi yang mengakibatkan mudahnya terjadi kecelakaan yang merenggut jiwa.

Penelitian itu kemudian didukung dengan pelarangan penggunaan telepon genggam di jalan raya. Di Indonesia, pelarangan juga sudah diberlakukan meskipun pada kenyataannya tanpa pengawasan yang ketat.

Tetapi dalam kaitan kesehatan, seperti tumor otak, kanker kulit, atau penyakit-penyakit yang berkaitan dengan saraf masih belum ada titik temu meskipun dampak kesehatan itu dilihat dari penggunaan telepon genggam yang memperhitungkan lamanya seseorang menggunakan telepon genggam.

Di tengah upaya untuk memecahkan misteri dampak penggunaan telepon genggam dengan kesehatan jangka panjang, peneliti Inggris meluncurkan program penelitian terbesar di dunia pada akhir April lalu. Penelitian yang memakan waktu 20-30 tahun ke depan itu diyakini bisa jadi studi yang semakin obyektif untuk menganalisis dampak penggunaan telepon genggam pada kesehatan penggunanya akibat radiasi.

Studi terbesar di dunia tentang keamanan penggunaan telepon genggam itu bakal merekrut 250.000 pengguna telepon genggam di lima negara di Eropa. Pengguna yang diteliti dari Inggris, Finlandia, Denmark, Swedia, dan Belanda.

Prof Lawrie Challis, anggota peneliti, mengatakan, studi ini penting. ”Kami belum bisa mengatakan dengan pasti bahwa telepon genggam memicu kanker. Bukti-bukti yang ada belum kuat,” kata Challis.

Dalam silang pendapat di antara ilmuwan tersebut, dari sekarang perlu diambil langkah untuk memonitor pengaruh telepon genggam pada kesehatan. Hasilnya akan dinilai obyektif karena pengguna yang dipantau jumlahnya besar dan diamati dalam jangka waktu lama.

Mireille Toledano dari Imperial College London menjelaskan, studi ini bukan cuma diarahkan untuk kanker otak. Sebab, penggunaan telepon genggam amat beragam termasuk berselancar di situs internet, yang berarti telepon tidak selalu di kepala.

Yang akan dilihat juga adalah kaitannya pada masalah kesehatan yang lebih luas, termasuk bentuk lain dari kanker, seperti kanker kulit, dan penyakit otak lainnya, seperti penyakit neurodegenerative.

Dalam kaitan penelitian ini, yang dimasalahkan adalah biasanya tergantung pada berapa banyak penggunaan telepon genggam. Penggunaan telepon genggam akan dicatat detail.

Peneliti juga akan memonitor WIFI, telepon tanpa kabel dan penggunaan monitor bayi oleh peserta sebaik dengan penggunaan teknologi yang bergerak, untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang terpaan pada semua radiasi tipe elektromagnetik.

Beberapa penelitian

Sejumlah penelitian yang berlangsung antara lain tentang pengaruh penggunaan telepon genggam pada tumor otak, yang dilakukan selama empat tahun oleh Universitas Leeds, Nottingham, dan Universitas Manchester and Institute of Cancer Research, London. Tahun 2006, peneliti Inggris mengatakan, tidak ada kaitan antara penggunaan telepon genggam dan meningkatnya angka kejadian tumor otak glioma yang biasa terjadi di otak atau tulang belakang.

Andreas Stang dari Martin Luther University of Halle Wittenberg di Jerman dan koleganya melakukan percobaan menguji hubungan antara penggunaan telepon genggam dan risiko uveal melanoma pada 459 pasien dan 1.194 pengontrol.

Mereka dikelompokkan menurut jumlah penggunaan waktu menelepon, tidak pernah menggunakan, pengguna sporadis, dan pengguna reguler. Tidak ada data signifikan antara penggunaan telepon sampai 10 tahun. ”Kami mengamati tidak ada peningkatan angka kejadian uveal melanoma di antara pengguna telepon genggam atau peralatan radio di Jerman, di mana teknologi telepon digital dikenalkan awal 1990-an,” katanya.

Peneliti lain menemukan ada banyak anak muda yang mengeluhkan sakit di ibu jari, leher, dan tangan saat mengetik pesan layanan pesan singkat (SMS). Studi itu dilakukan Sahlgrenska Academy, University of Gothenburg, Swedia. Untuk mengatasi, perlu dilihat penyebabnya seberapa sering pengguna memakai keypad telepon yang kecil. Juga perlu diperhatikan postur tubuh dan jangan mengetik dengan satu ibu jari.

Bagi mereka yang gemar ber-SMS dalam waktu lama, disarankan jangan duduk dengan posisi sama dalam waktu lama. Perlu juga meregangkan jemari dan menggunakan dua ibu jari.

Memang belum ditemukan bukti kuat pengaruh kesehatan pada pengguna telepon genggam anak-anak dan orang dewasa. Para ahli menyarankan penggunaan telepon genggam untuk anak-anak mesti dibatasi. Anak-anak dalam pandangan sejumlah peneliti mudah diserang radiasi microwave karena saraf-saraf mereka masih berkembang, sementara tengkorak mereka masih tipis dibandingkan dengan orang dewasa.

Radiasi yang ditransmisikan telepon genggam bukan radiasi sinar-X, tetapi radiasi microwave. Sebagian ilmuwan khawatir akibat radiasi itu bisa menghancurkan sel-sel otak karena telepon dipakai dekat ke kepala.

Dari studi oleh Pusat Studi Pendidikan Universitas Sheffield Hallam, Inggris, ditemukan 90 persen anak di bawah usia 16 tahun memiliki telepon genggam pribadi dan satu dari 10 menghabiskan waktu lebih dari 45 menit memakainya. Penggunaan SMS di kalangan anak-anak juga tinggi.

Dalam situasi tak pasti disarankan setiap orang berupaya meminimalkan terpaan radiasi dari telepon genggam.

Penggunaan telepon genggam sebisa mungkin jangan sampai membuat ketergantungan yang berlebihan karena bisa memicu stres yang suatu saat juga bisa juga memicu kanker. Disarankan penggunaan hands free saat bercakap-cakap guna meminimalkan radiasi ke otak.


kompas.com

"Software" Pendidikan Indonesia Mendunia

Jakarta, Kompas - Peranti lunak atau software pendidikan sains dan Matematika dari PT Pesona Edukasi yang murni buah karya anak bangsa mampu menembus pasar global. Bahkan, PT Pesona Edukasi terpilih menjadi satu dari sembilan partner Microsoft tingkat dunia untuk mengisi materi teknologi baru Microsoft untuk pendidikan MultiPoint Mouse.

Ananta Gondomono, Academic Program Manager PT Microsoft Indonesia, di Jakarta, Selasa (4/5), mengatakan, muatan pendidikan yang diciptakan PT Pesona Edukasi itu diunggah di situs web Microsoft sehingga bisa diakses secara global dan gratis. Microsof mengembangkan teknologi MultiPoint Mouse itu untuk mengatasi kesenjangan penggunaan teknologi informasi di dunia pendidikan.

Menurut Ananta, di ruang kelas yang memiliki komputer atau PC yang terbatas, kini komputer bisa digunakan secara bersama-sama oleh siswa. Yang sudah diuji coba bisa dipakai 20 siswa secara bersamaan.

Teknologi Windows® MultiPoint™ Mouse adalah rekayasa pemrograman komputer yang memungkinkan satu layar komputer dapat diakses sampai lebih dari 30 mouse sekaligus. Satu komputer dapat digunakan oleh 30 anak dalam satu kelas dengan masing-masing anak menggunakan mouse untuk menjalankan aplikasi secara bersama-sama.

Manfaat dari penggunaan teknologi ini adalah memberi kesempatan kepada anak untuk berkolaborasi dalam menjalankan satu program atau berkompetisi satu dengan yang lain. Aplikasi yang diberi nama Amazing Concert dapat diunduh secara gratis di http;//www.microsoft.com/multipoint/mouse-sdk/showcase.aspx.

Hary Candra, Marketing Director PT Pesona Edukasi, menjelaskan, PT Pesona Edukasi mengembangkan peranti lunak Amazing Concert, yakni satu aplikasi peranti lunak pendidikan ”bermain musik bersama”. Selain itu, ada juga DigiCarnival, yakni peranti lunak belajar matematika dengan topik mengurutkan angka, dan Monkey Rescue, yakni peranti lunak belajar bahasa dan pengetahuan umum yang dikemas seperti permainan hangman.

Bambang Juwono, Managing Director PT Pesona Edukasi, berharap melalui peranti ini anak- anak di seluruh dunia, termasuk anak-anak Indonesia, dapat menikmati kegembiraan dalam kebersamaan sehingga melalui seni dan teknologi mereka dapat belajar hidup bersama. (ELN)


kompas.com

Suhu Udara Siang Mencapai 34 Derajat Celsius

Jambi, Kompas - Potensi munculnya titik-titik api kian meningkat di Provinsi Jambi pada masa transisi menuju kemarau tahun ini. Sejumlah titik api di wilayah itu juga mulai terpantau satelit NOAA. Kondisi ini dipicu suhu udara pada siang hari mencapai 34 derajat celsius.

Supervisor Prakiraan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi Kurnianingsih, Selasa (4/5), mengatakan, potensi tumbuhnya titik-titik api didorong oleh faktor suhu yang tinggi dalam sebulan terakhir. Pada siang hari, suhu bisa mencapai 34 derajat celsius, atau di atas kondisi normal yang mencapai hingga 32 derajat celsius. Tingginya suhu pada siang hari akan meningkatkan pembentukan awan- awan konvektif. Hal itu memunculkan angin kencang disertai hujan pada sore hingga malam hari.

Pergerakan angin juga dinilai sangat cepat, mencapai hingga 30 kilometer per jam dari kondisi normal 10 knot. Dua kondisi itulah yang memicu timbulnya titik-titik api. ”Kondisi ini tergolong ekstrem sehingga harus diwaspadai,” ujarnya di Jambi.

Ia mencontohkan, pada Selasa (4/5) kecepatan angin sempat mencapai 18 knot atau 32 kilometer per jam pada sore hari. Jika terjadi kebakaran lahan dalam hutan, perluasan kebakaran akan berlangsung cepat. Hal ini harus diantisipasi oleh para pengguna lahan, masyarakat sekitar, ataupun pemerintah daerah.

Tidak hanya di darat, perairan pantai timur Jambi juga berpeluang terjadi angin kencang. Namun, ketinggian gelombang laut diperkirakan normal. ”Nelayan direkomendasikan tetap dapat melaut. Ketinggian gelombang laut diperkirakan mencapai 0,5 meter-1,3 meter. Ini masih normal,” tuturnya.

Kondisi cuaca ekstrem ini, lanjut Kurnianingsih, bakal terus berlanjut hingga akhir Mei. Setelah itu, Jambi akan memasuki musim kemarau. Berdasarkan data BMKG Provinsi Jambi, wilayah Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, dan Batanghari akan memasuki kemarau pada dasarian ketiga Mei ini.

Sementara di wilayah barat Jambi, seperti di Kabupaten Kerinci, Bungo, Merangin, dan Tebo, akan mulai mengalami kemarau pada dasarian pertama Juni. Untuk wilayah pantai timur Jambi, seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, kemarau baru mulai berlangsung pada dasarian kedua Juni.

Mengingat semakin dekatnya musim kemarau, Kurnianingsih mengimbau kepada para petani untuk segera menebar benih padi. ”Sekarang ini semestinya padi sudah ditebar. Pada musim kemarau, kondisi tanah akan cenderung mengering, kurang bagus untuk menebar benih,” katanya. (ITA)


kompas.com